UDARA sejuk, angin semilir. Bukit-bukit karst menjulang. Sungai Li yang lebar dengan airnya yang jernih membelah di tengah-tengah bukit. Itulah sepenggal suasana di Guilin, salah satu kota kecil di Provinsi Guangxi, China.
Penjelajahan menggunakan kapal di Sungai Li atau dalam bahasa China disebut dengan Li Jiang menjadi salah satu cara paling pas untuk menikmati keindahan di salah satu sudut Guilin ini. Perjalanan dimulai dari dermaga Zhujiang. Kapal berangkat pada pukul 09.30 dan biasanya wisatawan diminta sudah berada di dermaga pukul 09.00. Ada banyak kapal yang tersedia di dermaga ini.
Selama lima jam perjalanan kapal menuju Yangshuo, wisatawan dimanjakan oleh perpaduan keindahan deretan ratusan bukit karst, air terjun, tepian sungai yang tertata, kawasan pertanian, dan permukiman penduduk lokal.
Dalam perjalanan sepanjang 83 kilometer itu, wisatawan, yang semula menikmati pemandangan di dek kapal yang lega, bisa turun ke tempat duduk sembari makan siang dengan tetap bisa menikmati pemandangan. Jendela di sisi kiri dan kanan kapal cukup lebar.
Pita sutra hijau
Keindahan Sungai Li sudah terkenal sejak Dinasti Tang (tahun 618 hingga tahun 907). Penyair Du Fu (tahun 712 hingga tahun 770) mengungkapkan keindahan Sungai Li dalam satu kalimat, "Sungai ini bagai pita sutra hijau dan bukit-bukitnya bagai jepit rambut giok."
Walaupun sudah terkenal sejak lama, Sungai Li tetap ditata secara berkala. Di beberapa ruas, pinggiran sungai sengaja dibeton, sementara di ruas lainnya dibiarkan seperti tepian pantai. Penataan Sungai Li memberi bukti bahwa China sangat siap memadukan kemajuan ekonomi dengan wisata.
Selain menikmati keindahan panorama di sepanjang perjalanan, wisatawan juga bisa berinteraksi dengan penduduk lokal yang berjualan. Para pedagang akan mengaitkan sampannya di samping kapal yang pelan melaju sambil menawarkan barang dagangannya. Para pedagang ini umumnya menjual buah-buahan atau sayuran segar yang baru saja dipetik.
Tarif naik kapal penjelajah Sungai Li 500 yuan atau sekitar Rp 750.000 per orang. Pada akhir November 2012, tempat wisata ini ramai dikunjungi wisatawan lokal dan wisatawan asing dari Asia, Eropa, Amerika Serikat, dan Amerika Latin.
Keseriusan China menggarap sektor wisata juga terlihat di dermaga Yangshuo, tempat penjelajahan berakhir. Di atas dermaga, dibangun kawasan penjualan suvenir sepanjang sekitar 1 kilometer memanjang hingga pintu keluar. Tempat penjualan berbagai jenis suvenir ini nyaman karena dilengkapi dengan atap permanen yang menghindarkan wisatawan dari hujan atau panas matahari.
Di luar kompleks dermaga Yangshuo juga masih berderet toko cendera mata dan kios makanan. Harga barang-barangnya lebih murah dibandingkan dengan barang yang sama yang dijual di sekitar dermaga.
Elephant Trunk
Tempat wisata lain yang menjadi landmark Guilin adalah Elephant Trunk Hill, sebuah taman dengan satu bukit karst di tengahnya. Bukit karst ini ada di pinggir Sungai Li, tetapi di ruas tengah kota Guilin. Posisinya yang sendirian menjulang di tengah kota membuat karst ini unik.
Karst ini disebut Elephant Trunk karena ada bagian yang mirip gajah sedang minum air di Sungai Li. Untuk menegaskan bentuknya yang mirip gajah, dibuat juga beberapa patung gajah di sekitar taman.
Selain menawarkan panorama Sungai Li, taman ini juga menawarkan pemandangan kota Guilin dari ketinggian puncaknya. Di puncak karst yang tingginya kira-kira 100 meter dari taman, pengunjung bisa melihat beberapa sudut Guilin.
Saya terkejut, tiba-tiba mereka menawarkan payung dalam bahasa Indonesia. Mungkin memang banyak wisatawan dari Indonesia, Malaysia, atau Brunei yang sebelumnya berwisata ke Elephant Trunk.
-- Reza Lukmanda
Di taman ini, ada banyak pedagang yang menjajakan barang dagangannya menggunakan bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Jika melihat wisatawan berwajah Melayu, mereka sigap menawarkan dagangannya dan bersedia tawar-menawar. "Saya terkejut, tiba-tiba mereka menawarkan payung dalam bahasa Indonesia. Mungkin memang banyak wisatawan dari Indonesia, Malaysia, atau Brunei yang sebelumnya berwisata ke Elephant Trunk sehingga para pedagang hafal," kata Reza Lukmanda, wisatawan asal Indonesia.
Liuzhou
Paket wisata ke Guilin biasanya dilengkapi dengan kunjungan ke kota Liuzhou karena berada dalam satu akses dari Naning, ibu kota Provinsi Guangxi. Di Liuzhou, wisatawan juga disuguhi keindahan kota yang benar-benar tertata.
Salah satu tempat wisata andalan di Liuzhou adalah air terjun buatan dan atraksi air mancur pada malam hari. Cara terbaik menikmati kedua sajian ini adalah penjelajahan malam menggunakan kapal wisata dengan tarif 80 yuan atau sekitar Rp 120.000 untuk rentang 90 menit.
Kelompok air terjun di sepanjang 650 meter pinggiran Sungai Liujiang terletak di antara jembatan Wenhui dan Wenchang. Air terjun buatan ini seolah-olah berasal dari Gunung Panlong, gugusan karst yang ada di tengah kota Liuzhou dan selesai dibangun pada Februari 2007.
Dari sekian panjang deretan, air terjun yang paling tinggi adalah 25 meter. Pada malam hari, air terjun buatan yang mengambil air dari Sungai Liujiang itu terlihat indah.
Pertunjukan musikal air mancur berada tak jauh dari kompleks air mancur buatan, yakni berada di antara jembatan Liujiang dan Wenhui. Kompleks musikal air mancur itu menempati lokasi sepanjang 315 meter di sisi Sungai Liujiang. Tembakan tertinggi air mancur itu bisa mencapai 100 meter. Air mancur bergoyang atau naik dan turun mengikuti alunan musik.
Malam itu, kami disuguhi pertunjukan air mancur musikal dengan musik orkestra. Sungguh indah. (Agustinus Handoko)
Ikuti twitter Kompas Travel di @KompasTravel
Anda sedang membaca artikel tentang
Menyelami Keindahan Sungai Li
Dengan url
http://preventcholesterolsoon.blogspot.com/2013/02/menyelami-keindahan-sungai-li.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Menyelami Keindahan Sungai Li
namun jangan lupa untuk meletakkan link
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar