Keluarga Pasien Kecewa Pelayanan RS Haji Pondok Gede

Written By bopuluh on Sabtu, 26 Januari 2013 | 18.51

JAKARTA, KOMPAS.com - Nasib nahas menimpa seorang korban tabrak lari bernama Ade Herman (28). Ia dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Haji Pondok Gede pada Selasa (22/1/2013) dini hari. Namun, pada Sabtu (26/1/2013), Ade meninggal dunia. Di balik penanganan Ade, pihak keluarga menyampaikan kecewanya atas pelayanan rumah sakit.

Deni Zebua (27), orang yang dipercaya oleh keluarga Ade mengurusnya di rumah sakit, mengungkapkan, pada Selasa (22/1/2013) malam, Ade mengalami kecelakaan di depan Pintu I Taman Mini Indonesia Indah yang mengarah ke Bambu Apus. Sepeda motor yang dikendarainya menabrak sebuah sepeda motor dari arah berlawanan. Akibat peristiwa ini, Ade mengalami luka berat dan tidak sadarkan diri. Sebelum dibawa ke RS Haji Pondok Gede, Ade sempat dibawa ke beberapa rumah sakit yakni Rumah Sakit Budi Asih, Rumah Sakit Polri Bhayangkara Raden Sukanto, Rumah Sakit Harapan Bunda, dan RSUD Pasar Rebo. Namun, di keempat rumah sakit tersebut, korban tak diterima atas alasan kamar rawat penuh. Korban pun akhirnya dibawa ke RS Haji Pondok Gede karena kondisinya kala itu semakin kritis.

"Saat itu, Ade mengalami luka jidatnya retak, kepala bagian atas luka, kepala belakang luka dan di kepala belakang pendarahan. Pokoknya luka berat di kepala semua. Dia masuk RS Haji Selasa (22/1/2013) pukul 02.00 WIB," ujar Deni kepada Kompas.com, Minggu (27/1/2013).

Sesampainya di IGD RS Haji Pondok Gede, Ade yang sehari-hari bekerja sebagai sekuriti di Mall Ambassador itu, seharusnya mendapatkan penanganan. Namun, menurut Deni, hal itu tak dilakukan oleh tenaga medis rumah sakit. Ia mengatakan, Ade sama sekali tak mendapatkan perawatan apa pun hingga pukul 18.00 WIB. Saat itu, ia baru mendapatkan ruangan perawatan.  Yang menjadi pangkal kekecewaan adalah, penanganan baru diberikan pihak rumah sakir setelah pihak keluarga memberikan uang jaminan sebesar Rp 7 juta.

"Sebelumnya dibilang ruangan penuh terus kan. Saya enggak tahu apa itu rekayasa rumah sakit atau bukan, tapi nyatanya pas saya bayar Rp 7 juta, ruangan ada saja," lanjut Deni.

Setelah mendapatkan penanganan dan pemeriksaan oleh dokter, kondisi Ade berangsur membaik. Hal ini memberikan harapan kepada pihak keluarga. Ade yang semua koma dan tidak bergerak, mulai dapat menggerakkan tangan dan kakinya, sebagai sinyal ingin berkomunikasi dengan orang di sekitarnya. Namun, kondisi ini hanya berlangsung dua hari. Pada Jumat (25/1/2013), tangan dan kaki Ade mulai kembali tak bergerak. Kondisinya pun semakin menurun dan tak sadarkan diri. Hingga pada Sabtu (26/1/2013) sekitar pukul 20.00 WIB, Ade mengembuskan nafas terakhir di Ruang Asyifa, nomor 9.

"Yang kami kecewa karena mengapa harus ada dana-dana itu dulu baru ditangani. Kami merasa menyesal atas pelayanan rumah sakit. Mungkin jika penanganan pertama baik, masih ada kesempatan Ade untuk hidup," kata Deni.

Jenazah Deni pun langsung dibawa ke kampung halamannya di Pandeglang, Banten untuk dimakamkan. Sementara itu, menanggapi kekecewaan pihak keluarga, manajemen RS Haji Pondok Gede akan memberikan klarifikasi pada Senin (28/1/2013) besok.

Editor :

Inggried Dwi Wedhaswary


Anda sedang membaca artikel tentang

Keluarga Pasien Kecewa Pelayanan RS Haji Pondok Gede

Dengan url

http://preventcholesterolsoon.blogspot.com/2013/01/keluarga-pasien-kecewa-pelayanan-rs.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Keluarga Pasien Kecewa Pelayanan RS Haji Pondok Gede

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Keluarga Pasien Kecewa Pelayanan RS Haji Pondok Gede

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger